Ramadhan hanya datang sekali dalam setahun. Jangan biarkan Ramadhan
berlalu sia-sia. Apa yang harus kita lakukan? Terapkan 20 cara meraih
sukses Ramadhan dan hindari 20 ciri gagal Ramadhan berikut ini.
20 Cara Menang
1. Mengobarkan rindu Ramadhan, meluruskan niat, dan memancangkan tekad untuk meraih berbagai keutamannya.
2. Membuat rencana (planing) yang matang dalam mencapai
target-target ibadah dan amal shalih Ramadhan, serta target mengikis
kebiasaan jahiliyah.
3. Memperlambat sahur dan mempercepat berbuka puasa.
4. Tidak berlebih-lebihan dalam bersahur dan berbuka puasa
(ifthar), serta membiasakan mengonsumi kurma atau makanan yang manis
lainnya.
5. Menunaikan zakat fitrah, harta, profesi, dan lain-lain, serta banyak berinfaq dan sedekah.
6. Berusaha tilawatul Qur`an (membaca Qur`an) sampai khatam (selesai) serta menghapal dan mentadabburinya.
7. Tingkatkan pemahaman agama dengan membaca berbagai tulisan dan
buku tentang Islam, khususnya tentang puasa, baik segi fiqih maupun
maknawiyahnya.
8. Meningkatkan disiplin dan muraqabatullah (perasaan bahwa Allah
mengawasi kita), karena puasa melatih disiplin.
9. Hidupkan malam dengan shalat tarawih atau qiyamullail dan targetkan harus bisa penuh 30 malam.
10. Menjauhkan diri dari sebab-sebab yang dapat mendekatkan diri pada
kemaksiatan seperti perilaku, pergaulan, bacaan, tontonan, dan konsumsi
(misalnya rokok) yang sia-sia untuk selama-lamanya.
11. Memberikan makanan berbuka kepada orang-orang yang melakukan puasa,
terutama bagi mereka yang kesulitan, seperti fakir miskin dan orang
yang berada dalam perjalanan.
12. Banyak berdzikir, minta ampun dan berdoa pada setiap kesempatan (duduk, berdiri, dan berbaring).
13. Memberikan skala prioritas terhadap segala aktivitas yang dapat mendekatkan diri pada Allah (Subhanahu wa Ta’ala) SWT.
14. Memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan amal sosial bagi kaum dhuafa serta kegiatan dakwah.
15. Berusaha untuk saling menjaga hati, lisan, dan sikap untuk
menyempurnakan puasa serta menjaga pandangan. Bagi wanita yang belum
menutup aurat harus memulai menutup aurat untuk seterusnya.
16. Berusaha keras untuk bisa menjalankan i’tikaf (berdiam diri di
masjid dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah dan menyempurnakan amal
ibadah kita) pada 10 malam terakhir dengan tekad meraih lailatul qadar
dan memperbaiki diri.
17. Menghindari amalan yang bid’ah di bulan Ramadhan.
18. Memperhatikan dan berusaha mempraktikkan betul rambu-rambu Ramadhan, seperti hal-hal yang makruh atau haram.
19. Menyambung Ramadhan dengan melakukan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal.
20. Tidak berlebih-lebihan dalam menyambut idul fitri dengan
berbangga-bangga dalam hal makanan, pakaian, atau hal-hal duniawi
lainnya.
20 Ciri Gagal
Sebagai sebuah medan training (tarbiyah), Ramadhan punya indikator
keberhasilan. Bagaimana mengukurnya? Yang paling mudah adalah dengan
melihat ciri kegagalannya berikut ini.
1. Tidak mempersiapan diri semaksimal mungkin jauh hari sebelum Ramadhan.
Persiapan diri tersebut meliputi, pertama, persiapan hati (al-isti’dad
al-ruhiy) dengan kerinduan dan kegembiraan menyambut kedatangannya serta
dengan berdoa agar bisa dipanjangkan umur sampai ke Ramadhan. Kedua,
persiapan keilmuan (al-isti’dad al-fikriy) dengan menguasai ilmu dan
hakikat Ramadhan. Ketiga, persiapan fisik (al-isti’dad al-jasadiy)
dengan menjaga kesehatan dan membiasakan tubuh untuk berpuasa sunnah di
bulan Sya’ban. Keempat, persiapan logistik (al-isti’dad al-maliy) dengan
menyiapkan bekal untuk sedekah. Dan kelima, kondisikan lingkungan.
2. Gampang mengulur shalat fardhu.
Sa’id bin Musayyab mengelompokkan orang yang tak segera mendirikan
shalat tepat pada waktunya ke dalam tarkush-shalah (meninggalkan
shalat). Orang yang berpuasa Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu
shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali shalat fardhu di bulan
lain.
3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah.
Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shalatul lail. Hadits Qudsi
mengatakan, ”Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan
ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya.”
4. Kikir dan rakus pada harta benda.
Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan sedekah adalah tanda gagal
Ramadhan. Sebab, salah satu sasaran utama shiyam adalah membuat manusia
mampu mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta
benda.
5. Malas membaca al-Qur`an.
Ramadhan juga disebut Syahrul Qur`an (bulan al-Qur’an). Orang-orang
shalih di masa lalu menghabiskan waktunya siang dan malam Ramadhan untuk
berinteraksi dengan al-Qur’an.
6. Mudah mengumbar amarah.
Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW)
bersabda, ”Orang kuat bukanlah orang yang selalu menang ketika
berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai diri
ketika marah.”
7. Gemar bicara sia-sia dan dusta.
Umar ibn Khattab RA berkata, ”Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari
makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang
salah dan tutur kata yang sia-sia.” (Al Muhalla VI: 178).
8. Memutuskan tali silaturahim.
Ketika menyambut datangnya Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda,
”Barangsiapa menyambung tali persaudaraan (silaturahim) di bulan ini,
Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa memutuskan
kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia
berjumpa dengan-Nya.”
9. Menyia-nyiakan waktu.
Termasuk gagal Ramadhan adalah lalai atas karunia waktu dengan melakukan
perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-hura. Disiplin waktu selama
Ramadhan semestinya membekas kuat dalam bentuk cinta ketertiban dan
keteraturan.
10. Labil dalam menjalani hidup.
Labil alias gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam menjalani hidup
adalah tanda gagal Ramadhan. Bila seseorang meraih berkah bulan suci
ini, jiwanya mantap, hatinya tenteram, perasaannya tenang dalam
menghadapi keadaan apapun.
11. Tidak bersemangat mensyiarkan Islam.
Salah satu ciri utama alumni Ramadhan yang berhasil ialah ketaqwaannya
semakin kuat. Salah satu wujudnya adalah semangat mensyiarkan Islam.
12. Khianat terhadap amanah.
Shiyam (puasa) adalah amanah Allah SWT yang harus dipelihara
(dikerjakan) dan selanjutnya dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak.
Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sirr (rahasia) tentu
akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat
rahasia maupun yang nyata.
13. Rendah motivasi hidup berjamaah.
Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjamaah. Allah SWT
berfirman: ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam saatu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti
bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaf [61]: 4)
14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk.
Hawa nafsu dan syahwat merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada
sesama makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra
syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah
fikrah dan akhlaq.
15. Malas membela dan menegakkan kebenaran.
Ramadhan adalah bulan dakwah dan jihad. Maka, di tengah gelombang
kebathilan dan kemungkaran yang semakin merajalela saat ini, para
jebolan akademi Ramadhan seharusnya semakin gigih membela dan menegakkan
kebenaran.
16. Tidak mencintai kaum dhuafa.
Ramadhan adalah bulan kasih sayang. Karena itu, rasa cinta kita terhadap
orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat seharusnya
bertambah.
17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan.
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya
mengakhiri puasa dengan memperbanyak istighfar dan memberikan sedekah,
karena istighfar dan sedekah dapat menambal yang robek-robek dari puasa.
18. Terlalu sibuk mempersiapkan lebaran, sementara i’tikaf diabaikan.
Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat genting
yang menentukan nilai akhir kita di mata Allah SWT dalam bulan berkah
ini. Jadi fokuslah ke sini, tidak kepada urusan dunia.
19. Menganggap dan menjalani Idul Fitri sebagai hari kebebasan berbuat jahiliyah lagi.
Makna Idul Fitri antara lain berarti ” kembali ke fitrah.” Namun
kebanyakan orang memandangnya sebagai hari dibebaskannya mereka dari
”penjara” Ramadhan. Akibatnya, hanya beberapa saat setelah Ramadhan
pergi, ucapan dan tindakannya kembali jahiliyah.
20. Tidak mengalami peningkatan keharmonisan dalam keluarga.
Berbagai ibadah di bulan Ramadhan adalah sarana yang sangat tepat
untuk membangun keharmonisan dalam keluarga. Jangan biarkan keluarga
kita tidak berhasil meraihnya.
SUARA HIDAYATULLAH SEPTEMBER 2008
Wallahu a’lam bish shawab.***
Sumber:
disini