Ketika ada sebuah lowongan pekerjaan, maka seringkali para pelamar kerja akan dihadapkan pada tahapan-tahapan seleksi, baik itu berupa tes tertulis maupun wawancara. Seleksi tersebut bertujuan untuk melihat kualitas dari para pelamar. Baik untuk melihat kedalaman ilmu yang dimiliki maupun untuk melihat karakter dan kepribadian para pelamar kerja. Sehingga pada akhirnya dapat terlihat siapa yang memiliki kualitas terbaik, maka dialah yang akan terpilih.
Seperti pengalamanku waktu pertama kali mengikuti tes wawancara seleksi kerja. Ada beberapa poin pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Diantaranya informasi data diri dan karakter diri, keluarga, pertanyaan seputar ilmu yang dikuasai, minat dan hobi, pengalaman organisasi dan seputar ilmu agama (jika melamar kerja di lembaga berbasis agama, misalnya lembaga pendidikan berbasis agama).
Dalam wawancara tersebut, biasanya pertanyaan yang diajukan mengacu pada data yang kita kumpulkan, diantaranya dari daftar riwayat hidup dan transkrip nilai. Melalui data daftar riwayat hidup, biasanya pewawancara akan mengorek lebih dalam tentang data diri, pengalaman organisasi dan juga hobi. Melalui transkrip nilai, pewawancara bisa melihat gambaran umum tentang ilmu yang dikuasai oleh pelamar. Biasanya pewawancara akan menanyakan bagian mana dari ilmu yang paling dikuasai oleh pelamar, maka disini kita harus hati-hati. Mantapkan diri untuk menjawab, karena bisa jadi pertanyaan yang diajukan adalah bagian yang nilainya paling rendah dari hal yang kita sukai. Namun, yakin saja selama kita memperoleh nilai tersebut melalui cara dan
proses yang benar, maka insyaAllah kelak akan diberi kemudahan.
Ketika tidak semua pertanyaan bisa kita jawab, maka sampaikan saja kepada pewawancara dengan cara yang baik daripada kita mengarang jawaban yang tidak ada dasarnya. Untuk pertanyaan yang belum bisa kita jawab karena lupa, maka ada baiknya selesai wawancara harus kita cari jawaban yang benar dari pertanyaan tersebut. Ya, mungkin karena ilmu yang kita peroleh lama tak kita amalkan, maka jadinya lupa. Untuk itu perlu adanya tekad untuk senantiasa mengamalkan ilmu yang diperoleh, tak harus di dalam ruangan kerja, namun bisa juga melalui tulisan yang kita buat agar bisa bermanfaat bagi orang lain dan kita pun tak lupa. Karena ilmu yang dibagikan itu sejatinya tak mengurangi ilmu yang kita punya, melainkan Allah akan menambahnya dengan ilmu lain yang belum kita miliki.
Bahasa tubuh menurutku juga cukup berpengaruh dalam sebuah proses wawancara. Sebisa mungkin kita bersikap ramah dan sopan selama mengikuti proses wawancara tersebut. Tetap berusaha bersikap tenang meski kadang kala rasa gugup melanda. Berikan senyum tulus pada pewawancara (yang wajar saja ya .... ), meskipun pada akhirnya kita belum berhasil setidaknya meninggalkan sebuah kesan yang baik. Karena dalam sebuah kompetisi pasti ada yang berhasil dan ada yang belum berhasil.
Selama kita menjalani tahapan-tahapan seleksi dengan cara dan proses yang benar, maka insyaAllah kelak akan diberi kemudahan. Mungkin memang tidak langsung berhasil dalam suatu wawancara, namun yakin bahwa kia akan berhasil di kesempatan berikutnya. Karena dari pengalaman tersebut kita bisa mengambil pelajaran yang berharga.
Hal terpenting yang harus dilakukan adalah senantiasa meng-upgrade kualitas diri serta memperbanyak doa pada Illahi Robbi agar diberi petunjuk dan diberikan yang terbaik dalam segala hal. Karena baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Begitu pula buruk menurut kita, belum tentu buruk menurut Allah. Hal yang harus dilakukan adalah menjalani tiap aktivitas positif kita dengan sepenuh hati. Yakinlah selalu ada makna dibalik pristiwa yang Ia hadirkan.
Mengenang sekeping puzzle pengalaman di Batang, 10 April 2015.
0 komentar:
Posting Komentar